10 Sifat Penting untuk Menambah Berat Timbangan Amal di Akhirat



          Salah satu hal yang menjadikan berat timbangan amal kita di akhirat adalah akhlak. Jika akhlak seseorang mulia dan baik maka timbangan amal baiknya akan lebih berat dan pastinya akan mengantarkannya ke surga yang indah tiada tara, sebaliknya jika akhlak seseorang itu buruk maka amalan buruknya tersebut akan mengantarkannya ke api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia.


“Tiada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seseorang hamba di hari kiamat selain daripada akhlak yang baik.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

          Pada dasarnya, akhlak terbagi menjadi dua yaitu Al-Akhlaqul Mahmudah atau akhlak terpuji dan Akhlaqul Madzmumah yang identik dengan perbuatan tercela. Akhlak merupakan hal penting yang harus dijaga pada diri setiap muslim karena akhlak identik dengan sifat, watak ataupun perilaku pada diri seseorang. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita mempunyai sifat dan perilaku yang sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh nabi kita  Rasulullah saw, yaitu seorang manusia biasa yang akhlaknya luar biasa yang patut kita contoh dan kita teladani. Jika akhlak kita baik tentu segala amal dan perbuatan kita merupakan sesuatu yang berkah dan berpahala. Namun sebaliknya jika akhlak kita buruk tentu segala tindakan yang dilakukan menjadi tidak berkah. Karena akhlak mencerminkan sifat dan kepribadian pada diri seseorang. Rasulullah saw pernah ditanya :

“Apakah din itu? Beliau menjawab: akhlak yang baik. Dan ditanya: apakah kecelakaan itu?. Beliau menjawab: akhlak yang buruk!” (Diriwayatkan oleh Ahmad)

          Berakhlak mulia merupakan jalan terbaik agar timbangan amal kita menjadi berat di akhirat nanti. Beberapa sifat yang mengantarkan seseorang untuk senantiasa menjaga akhlak mulia adalah:

1. Wara’, yaitu bersikaplah menjauhkan diri dari perkara-perkara yang meragukan (syubhat). Bersikap wara’ dapat menjaga kebersihan hati. Rasulullah saw  bersabda:

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ, فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ.

"Sesungguhnya yang halal dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya banyak hal-hal syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya."

2. Jaga pandangan, yaitu menundukkan pandangan dari apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. Karena pandangan yang tidak terjaga mengakibatkan seseorang terjerumus dalam kemaksiatan dan dosa-dosa lain. Menahan pandangan dapat menghalangi pengaruh syaithan pada diri seseorang.

3. Jaga lidah, yaitu menjaga ucapan agar selalu terjaga dari kebiasaan berucap yang tidak penting. Berucaplah yang baik-baik atau lebih baik diam. Syekh Nashir Makarim Asy Syrazi dalam kitabnya
“Pembenahan Jiwa” menyebutkan 10 dosa yang ditimbulkan lidah yang tak terjaga. Kesepuluh dosa lidah itu adalah:
1.Tuduhan palsu.
2.Kesaksian palsu
3.Memuji diri sendiri secara berlebih-lebihan.
4.Menyebarkan kejahatan dan penyimpangan serta menyebarkan informasi yang tak berdasar dan menyebarkan kebohongan.
5.Marah ketika berbicara.
6.Memaksakan diri ketika berbicara dengan pertanyaan yang diulang-ulang (seperti yang pernah dilakukan Bani Israil).
7.Melukai perasaan orang lain lewat ucapan.
8.Merendahkan orang lain tanpa alasan logis.
9.Membantah rahmat Allah lewat ucapan.
10.Menyebarkan informasi yang salah dan mendorong orang lain melakukan dosa.

4. Rasa malu, yaitu bersikap enggan atau malu untuk melakukan amalan buruk. Malu merupakan salah satu cabang dari iman. Hendaknya kita menjadi orang yang malu dengan selalu menundukkan pandangan, rendah hati dan qona’ah.

5. Lemah lembut dan sabar, yaitu sifat yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beliau adalah sosok yang sabar dan lemah lembut dalam  hal apapun sekalipun menghadapi berbagai cobabaan yang menyakitkan. Sifat lemah lembut dan sabar mencerminkan sikap tabah dan mudah memaafkan kesalahan orang lain.

6. Jujur, yaitu berani mengatakan yang sebenar-benarnya walaupun ada resikonya sekalipun. Karena kejujuran membawa kita kepada kebaikan dan kebaikan mebawa kita ke surga.

7. Tawadhu’, yaitu bersikap rendah hati dan tidak sombong. Sadari bahwa segala yang kita punya sesungguhnya milik Allah Ta’ala.
8. Menjauhi prasangka, ghibah (menggunjing orang) dan mencari-cari aib orang Islam, karena telah jelas disebutkan dalam surat  Al-Hujurat ayat 12 bahwa:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

9. Murah hati dan dermawan, yaitu bersikap mudah memberi kepada yang membutuhkan seperti berinfak, bersodaqoh dan sebagainya dengan niat yang tulus ikhlas. Senantiasa rela menyerahkan jiwa dan hartanya di jalan Allah.

10. Qudwah Hasanah, yaitu menjadi teladan yang baik dalam bersikap dan beramal sesuai dengan prinsip-prinsip serta aturan Islam seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
         

Sumber :
“Komitmen Muslim kepada Harakah Islamiyah” oleh Fathi Yakan

No comments: